Dihadapan para prajurit TNI AD Kodam IV Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, baru-baru ini, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu kembali 'menyentil' soal negara Islam atau khilafah.
Ya, Menteri Ryamizard tidak pernah bosan mengingatkan tentang khilafah walaupun dia seorang muslim yang taat. Menteri Ryamizard bukan anti-islam. Tapi baginya ada yang salah soal tujuan negara Islam.
Cara pikir Menteri Ryamizard pasti selaras dengan kita sebagai masyarakat yang berpikir waras. Bukan jadi negara Islam hal utama, namun bagaimana membentuk masyarakat berperilaku Islami.
Dan menghadirkan masyarakat bersikap Islami telah cukup baik dengan menerapkan Pancasila. Ideologi yang dilahirkan dari pendiri bangsa kita.
Masyarakat Islami. Masyarakat yang tidak saling fitnah. Masyarakat yang toleran, bukan menganggap golongan lainnya kafir.
Masyarakat yang gotong royong. Masyarakat yang antihoaks. Masyarakat yang mencintai Tuhan dengan menghormati ibadah agama lainnya. Masyarakat yang saling merawat keragaman sebagai anugerah Tuhan.
Semua itu lebih penting dibandingkan sebuah simbol negara Islam. Pancasila menerapkan prinsip semua hal yang dicitakan masyarakat Islami.
Menerapkan kehidupan berpancasila dalam interaksi antarmasyarakat di Indonesia sudah cukup mencirikan kita sebagai bangsa religius. Tanpa perlu identitas ideologi bernuansa Islam.
Toh bukankan Pancasila juga telah membuktikan Indonesia tetap aman hingga kini kehidupan sosial masyarakatnya? Justru dengan Pancasila, pertahanan negara Indonesia jadi amat kuat.
Telaahlah negara-negara yang menerapkan prinsip ideologi agama, banyak melahirkan perang saudara. Bangsanya terpecah. Porak poranda.
Itu tak diinginkan Menteri Ryamizard. Kondisi seperti itu akan membuat para pendiri bangsa menangis. Siapapun yang merongrong Pancasila adalah musuh negara.
Sabtu, 27 April 2019
BUKAN NEGARA ISLAM, TAPI MASYARAKAT ISLAMI
05.33
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)






0 komentar:
Posting Komentar