Radikalisme itu mengerikan
lho. Bisa mengubah seseorang bertindak di luar kewajaran. Melupakan siapa
dirinya sebenarnya. Tak peduli akibat perbuatannya merugikan bangsa dan siapa
saja.
Ujung dari penganut prinsip
radikal adalah ekstrimisme dan terorisme. Menghalalkan segala cara demi
kepentingannya gara-gara salah doktrin.
Menteri Pertahanan Ryamizard
Ryacudu amat mengetahui akibat radikalisme. Menteri Ryamizard ditempa dalam
gemblengan TNI yang diwajibkan menjaga NKRI dan Pancasila. Seperti pesan
Panglima Besar Jenderal TNI Sudirman.
Sudah sejak awal ketika
didapuk jadi pembantu kerja Presiden Jokowi, Menteri Ryamizard selalu
menyerukan sinergi bersama semua pihak masyarakat untuk menangkal radikalisme.
Nah, Menteri Ryamizard
bekerja keras merangkul semua masyarakat dan organisasi supaya membentengi diri
dengan Pancasila.
Itu tidak main-main lho.
Menteri Ryamizard "road show" ke banyak tokoh masyarakat dan
organisasi untuk sama-sama merawat semangat Pancasila dalam kehidupan
berbangsa. Kerap pernyataan Menteri Ryamizard juga menyinggung soal pentingnya
meneguhkan Pancasila.
Dewan Kemananan Nasional
(DKN) adalah ide yang muncul dari diskusi-diskusi Menteri Ryamizard dengan
berbagai pihak.
Sepertinya jika ditelaah,
DKN bukan sekadar lembaga penangkal radikalisme dan ingin merawat kedaulatan
negara. DKN juga jadi "lembaga penghancur" radikalisme.
Bukan dengan senjata. Tapi
dengan menyebarkan nilai-nilai Pancasila ke seantero masyarakat Indonesia. Jadi
begini, semakin meluasnya doktrin radikalisme harus dihancurkan juga dengan
unsur kekuatan Pancasila yang tersistematis.
Sehingga makin kuat serangan
ke radikalisme. Selain secara individual menerapkan prinsip Pancasila, ada juga
kelembagaan yang siap merawat kedaulatan negara dari amukan radikalisme.
Isinya saja ada NU dan
Muhammadiyah yang dirangkul Menteri Ryamizard. Dua ormas Islam yang konsisten
menjadikan Pancasila sebagai landasan organisasnya yang sinkron dengan ajaran
Islam.






0 komentar:
Posting Komentar